Selasa, 07 Desember 2010

Bahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar

Ini Budi.
Ini kakak Budi.
Ini adik Budi.

Masa kecil saya dulu sudah terdoktrin akan bahagianya kehidupan kakak beradik Wati-Budi-Iwan, dan betapa bijak dan welas asihnya Ibu Budi & Bapak Budi.  Gambaran keluarga yang nyaris sempurna [coz absolute perfection only belongs to GOD, of course].

...namun betapapun nyaris sempurnanya mereka, toh tetap menyisakan banyak konflik pada benak saya semasa kecil dulu...

Studi kasus:
Ada bapak Budi, ada ibu Budi. Lantas kemana
Bapak Wati, Ibu Wati, Bapak Iwan, ataupun Ibu Iwan?
Ooo berarti Wati dan Iwan mungkin yatim piatu, mereka sudah tidak punya orangtua, lantas dipungut anak oleh bapak & ibu Budi.

Teman saya di kemudian hari urun pendapat bahwa Wati dan Iwan mungkin anak dari Bapak Budi, namun beda ibu.  Prinsip poligami, ehh?


Ok, jadi dalam benak saya kemudian bahwa kebahagiaan Wati dan Iwan cuma kamuflase belaka karena sepertinya hanya Budi-lah yang hidupnya terlengkapi.

Mestinya Wati mendapat anugerah 'Best Supporting Actress' dan Iwan sebagai 'Best Supporting Actor' karena mereka mampu memerankan karakter yang tegar meski kerap kalah pesona oleh sosok Budi sebagai panutan utama.

Kalau boleh saya berkhayal sekarang, Wati dan Iwan kini mungkin sudah tumbuh menjadi sosok yang lebih tahan banting.  Wati sudah menjadi aktivis pembela HAM dan seorang feminis sejati.  Iwan menjadi PNS yang jujur dan berdedikasi tinggi pada pekerjaannya.

Budi?  Hmm kehidupan yang lurus2 saja sejak kecil malah [mungkin] tidak mengasah mentalnya dengan baik.  Otaknya memang cerdas, mungkin dia sudah menjadi eksmud di ibukota.  Tapi ya itu tadi, kelakuannya mungkin a bit pathetic karena dia selalu ingin menjadi nomor 1.

Cynical?  Sarcastic?  Hehe, yang jelas buku ini sangat cocok untuk dijadikan referensi bacaan anak2 karena sudah jelas penokohan karakter di dalamnya mampu mengembangkan imajinasi para pembacanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar