Selasa, 07 Desember 2010

Pendidikan Seni Tari Perlu Dikenalkan Anak Sejak Usia Dini

"Kendati seni tari hanya diajarkan 1-2 jam per minggu, namun sekolah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengikuti pelajaran seni tari di luar jam pelajaran atau ekstrakulikuler," katanya ketika ditemui di sela-sela Pesta Kesenian Anak Mutiara Indonesia V (23-25 Maret 2007), di Gedung Kesenian Jakarta, kemarin.

Pimpinan Sanggar Ina Kreativa itu berharap, melalui pemberian pendidikan seni tari, para siswa dan siswi dapat belajar berekspresi diri, beraktualisasi diri, kreatif, menghargai perbedaan dan membangun kebersamaan.

"Pemberian pendidian seni akan menumbuhkan berbagai kecerdasan khususnya kecerdasan kinestetik, serta belajar untuk dapat mengapresiasi keberagaman budaya Indonesia melalui gerakan tariannya," ujar Ina yang kini juga pengajar Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Sementara itu, Ketua Jurusan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS UNJ), Tuteng Suwandi, SKar mengatakan, pendidikan kesenian tidak hanya memberikan pengetahuan secara kognitif, melalinkan secara komprehensif, anak diajak menikmati, menghayati, menghargai karya seni dengan menjadi pelaku atau penonton.

Untuk itu, katanya, Jurusan Seni Tari FBS UNJ mempunyai komitmen melaksanakan dan selalu mengembangkan pendidikan kesenian bagi anak,

Pesta kesenian anak itu menampilkan berbagai kreativitas anak-anak, seperti tarian-tarian, musik, tetater, dan dongeng.

"Acara ini diselenggarakan dengan harapan bahwa anak-anak Indonesia akan terus berkesenian, berpendidikan, berhati nurani, berbagi rasa, berdisiplin, dan bergembira," kata Direktur Gedung Kesenian Jakarta, Marusya Nainggolan.
Menurut dia, anak-anak sudah selayaknya diberi ruang gerak dalam menyampaikan suasana hati dan berekspresi.

Suara gelak tawa dan suasana riang pun seketika itu mewarnai gedung pertunjukan seni ini. Para penonton tidak bisa menahan kegeliannya ketika 10 penari anak-anak dari Kelompok Sosial Pencinta Anak (KSPA) Taman Kanak-kanak Keliling Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mempertunjukkan tarian "Pukul Gendang".

Dalam tarian tersebut, penari menggunakan galon sebagai alat menari, namun di tengah-tengah pertunjukan, seorang penari harus mengejar galon yang terlepas dari tangannya.(*)

Bahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar

Ini Budi.
Ini kakak Budi.
Ini adik Budi.

Masa kecil saya dulu sudah terdoktrin akan bahagianya kehidupan kakak beradik Wati-Budi-Iwan, dan betapa bijak dan welas asihnya Ibu Budi & Bapak Budi.  Gambaran keluarga yang nyaris sempurna [coz absolute perfection only belongs to GOD, of course].

...namun betapapun nyaris sempurnanya mereka, toh tetap menyisakan banyak konflik pada benak saya semasa kecil dulu...

Studi kasus:
Ada bapak Budi, ada ibu Budi. Lantas kemana
Bapak Wati, Ibu Wati, Bapak Iwan, ataupun Ibu Iwan?
Ooo berarti Wati dan Iwan mungkin yatim piatu, mereka sudah tidak punya orangtua, lantas dipungut anak oleh bapak & ibu Budi.

Teman saya di kemudian hari urun pendapat bahwa Wati dan Iwan mungkin anak dari Bapak Budi, namun beda ibu.  Prinsip poligami, ehh?


Ok, jadi dalam benak saya kemudian bahwa kebahagiaan Wati dan Iwan cuma kamuflase belaka karena sepertinya hanya Budi-lah yang hidupnya terlengkapi.

Mestinya Wati mendapat anugerah 'Best Supporting Actress' dan Iwan sebagai 'Best Supporting Actor' karena mereka mampu memerankan karakter yang tegar meski kerap kalah pesona oleh sosok Budi sebagai panutan utama.

Kalau boleh saya berkhayal sekarang, Wati dan Iwan kini mungkin sudah tumbuh menjadi sosok yang lebih tahan banting.  Wati sudah menjadi aktivis pembela HAM dan seorang feminis sejati.  Iwan menjadi PNS yang jujur dan berdedikasi tinggi pada pekerjaannya.

Budi?  Hmm kehidupan yang lurus2 saja sejak kecil malah [mungkin] tidak mengasah mentalnya dengan baik.  Otaknya memang cerdas, mungkin dia sudah menjadi eksmud di ibukota.  Tapi ya itu tadi, kelakuannya mungkin a bit pathetic karena dia selalu ingin menjadi nomor 1.

Cynical?  Sarcastic?  Hehe, yang jelas buku ini sangat cocok untuk dijadikan referensi bacaan anak2 karena sudah jelas penokohan karakter di dalamnya mampu mengembangkan imajinasi para pembacanya...